Kasus Psikoterapi dengan
Penyelesaian Pendeketan Humanistik
NAMA
: Picka Aprilianti Agus
KELAS : 3PA11
NPM
: 16513855
1.Konsep
Dasar Teori Humanistik
Pengertian
humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu
pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dalam
artikel pendidikan.
Menurut
aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi
dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk berkembanglebih baik dan juga belajar. Jadi
sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan
anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila
anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan
juga punya keinginan.
Dalam
teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
2.
Konsep Dasar Teori Humanistik
Menurut Abraham Maslow
Pada awal karirnya, Maslow melakukan
observasi terhadap monyet.Ia melakukan pengamatan intensif terhadap perilaku
monyet. Berdasarkan pengamatannya didapatkan kesimpulan bahwa beberapa
kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya,
jika Anda lapar dan haus, maka Anda akan cenderung untuk mencoba memuaskan
dahaga. Anda dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu, tetapi tanpa
air Anda hanya dapat hidup selama beberapa hari saja, karena kebutuhan akan air
lebih kuat daripada kebutuhan akan makan. Tetapi, jika Anda sangat haus, tapi
kemudian tersedak dan Anda tidak dapat bernapas, maka kebutuhan untuk bernapas
lebih penting dibandingkan dengan kebutuhan akan air untuk minum.
Berdasarkan pengalaman
tersebut Maslow membuat ide mengenai hierarki kebutuhan yang sangat terkenal.
Menurutnya, terdapat lima lapisan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki,
kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula,
kalsium, mineral, dan vitamin, termasuk juga kebutuhan untuk menjaga
keseimbangan pH ( menjadi terlalu asam atau basa akan dapat membunuh ) dan
temperature ( 98,6 atau dekat dengan itu ) selain itu, terdapat juga kebutuhan
untuk aktif, istirahat, tidur, untuk mengeluarkan limbah ( CO2, keringat, urin,
dan kotoran ), kebutuhan untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhan untuk
berhubungan seks. Maslow percaya dengan penelitian yang menyatakan bahwa
kebutuhan ini sebenrnya bersifat individual. Misalnya, kekurangan vitamin C
akan menyebabkan kelaparan yang sangat sfesifik terhadap vitamin C, seperti jus
jeruk.
b.Keselamatan dan Kebutuhan Keamanan
Ketika sebagian besar kebutuhan fiiologis
sudah dipenuhi, maka lapisan kedua akan datang. Anda akan menjadi makin
tertarik untuk menjadi keadaan aman, stabil, serta terlindungi. Anda mungkin
perlu untuk mengembangkan struktur, ketertiban, dan keteraturan.Kebutuhan
sekarang bukan lagi lapar dan haus tetapi kebutuhan untuk mendapatkan
perlindungan dari ketakutan dan kecemasan.Dalam kehidupan sehari-hari,
kebutuhan tersebut di manifestasikan dalam bentuk keinginan untuk memiliki
sebuah rumah di lingkungan aman, keamanan di lingkungan kerja, rencana pensiun,
asuransi, dan sebaginya.
c. Kebutuhan Memiliki
Cinta
Ketika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan
sebagian besar sudah terpenuhi, maka lapisan ketiga kebutuhan mulaai
muncul.Anda mulai merasa perlu memiliki teman, kekasih, anak-anak, hubungan
kasih sayang secara mendalam dan ikatan social.Anda mulai merasa rentan
terhadap kesepian dan kegelisahan social. Dalam kehiduan sehari-hari, kita
menunjukan kebutuhan ini dalam bentuk keinginan untuk menikah, memiliki
keluarga, menjadi bagian dari sebuah komunitas, bagian dari keluarga besar,
daan anggota suatu klub, termasuk juga bagian dari apa yang kita cari dalam
sebuah karir.
d. Kebutuhan Penghargaan
Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedikit
harga diri.Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu
kebutuhan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah
kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran,
kemuliaan, pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan
dominasi. Kebutuhan yang “ tinggi” adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk
perasaan, seperti keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan
kebebasan. Kebutuhan penghargaan diri dikategorikan tinggi karena bentuknya
tidak seperti rasa hormat dari orang lain. Misalnya, apabila menyangkut harga
diri, maka akan sulit untuk merasa kalah ( perasaan lebih rendah ). Versi
negatif kebutuhan ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas (
inferiority complexs ).
e. Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dan agak sedikit
berbeda adalah aktualisasi diri.Maslow menggunakan berbagai istilah untuk
menyebutkan tingkatan ini.Maslow menyebutnya pertumbuhan motivasi (berbeda
dengan definisi motivasi), karena kebutuhan aktualisasi diri adalah B-needs
(B-being), berbeda dengan D-needs.Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang
tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan
yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.
D. Hakekat Pandangan Tentang
Manusia
Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki
kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri.Manusia memiliki
kebebasan untuk berkehendak, memiliki kesadaran untuk memilih serta memiliki
harapan.Meskipun memiliki kemampuan jahat dan merusak, tetapi bukan merupakan
esensi dasar dari manusia.Sifat-sifat jahat muncul dari rasa frustasi terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya, ketika kebutuhan akan makanan tidak
terpenuhi, maka ia akan mencuri supaya dapat makan.
3. Teknik-teknik Terapi Humanistik
1 Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
Psikoterapi
ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam proses
terapi, tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting
seperti dalam masyarakat. Dengan meningkatkan keterlibatan hubungan personal
dengan klien, terapis lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh
lingkungan. Pendekatan terapi person centered menekankan
pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan
pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan
mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi
permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut
menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal
yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri,
teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.
2. Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Terapi
Gestalt dikembangkan oleh F. Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang
berpijak pada premis bahwa individu –individu harus menemukan jalan hidupnya
sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan.
Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada
“apa “ dan “ bagaimana”-nya tingkahlaku dan pengalaman di sini dan sekarang
dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan
tidak diketahui.
Asumsi
dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri
masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu
klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan
menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami
saat sekarang.
3.Transactional
Analysis (Eric Berne)
Kata
transaction dimaksudkan untuk menggambarkan bila seseorang mengadakan hubungan,
dapat berupa percakapan atau perbuatan. Pada dasarnya transaksi berupa
pertukaran dua hal. Pertukaran dapat berupa kata-kata, hadiah, atau pikiran
yang disembunyikan bila dua orang sedang berdialog. Bila seseorang menegur
orang lain dengan ucapan “Selamat siang”, kemudian dijawab dengan hal yang sama
pula, maka terjadilah transaksi. Suatu percakapan adalah serangkaian dari
transaksi-transaksi.
4. Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
Terapi Emotif Rasional adalah aliran
psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi,
baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan
jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain,
serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki
kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan,
takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari
pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku
pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungional dan mencari berbagai cara
untuk terlibat dalam sabotase diri.
5. Existential
Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental)
dan Logotherapy (Viktor Frankl)
·
Logotherapy (Viktor Frankl)
Kerangka pikir teori kepribadian model
logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan
logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat
sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup
bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami
hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang
bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil
memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta
merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari
penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak
teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan
karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
·
Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah
mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi
lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan
jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat
mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak
berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya, rasa bersalah ,
putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang
komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu
paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah.
Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan
sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.
4.
Tujuan Pendekatan Humanistik
1. Mengoptimalkan
kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa
adanya. “Saya
adalah saya”.
2. Memperbaiki
dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau
kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan
meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
3. Menghilangkan
hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi
dirinya.
4. Membantu
individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau
menurut kondisi dirinya.
Kasus Humanistik
Kasus:
Kasus
yang akan saya tulis mengenai seorang mahasiswi bernama elsa yang baru lulus
sarjana, setelah lulus sarjana iya ingin melanjutkan kuliah s2 karena ingin
menjadi dosen dan mendapatkan perkerjaan yang lebih baik lagi, tetapi orang tua
elsa ingin putrinya menikah terlebih dahulu dan setelah itu baru melanjutkan
kuliah, yaitu menikah sambil kuliah tetapi elsa berfikir itu akan membebani ia
setelah menikah karena peran ia sebagai istri dan ibu nantinya. Elsa sangat
bingung untuk memutuskan lanjut kuliah s2 atau menuruti kemauan kedua orang
tuannya yaitu menikah terlebih dahulu, akhinya elsa datang ke konselor untuk
menceritakan masalahnya.
Untuk
kasus ini konselor memakai teknik CCT, dimana klien sebenernya tahu apa yang
terbaik untuk dirinya dan sanggup menentukan tujuan untuk dirinya. peran
konselor berpusat pada klien, hanya mendengarkan klien secara aktif,
merefleksikan perasaan klien dan
mendukung pilihan si klien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar