1.
Pengertian dan Perbedaan
Mitos,Legenda dan Cerita Rakyat Beserta Contohnya.
Ø MITOS
Mitos
adalah tradisi lisan yang terbentuk di suatu masyarakat. Mitos memiliki asal
kata dari bahasa Yunani yang artinya sesuatu yang diungkapkan. Secara
pengertian mitos adalah cerita yang bersifat simbolik yang mengisahkan
serangkaian cerita nyata atau imajiner. Di dalam mitos bisa berisi asal usul
alam semesta, dewa-dewa, supranatural, pahlawan manusia atau masyarakat
tertentu yang mana memiliki tujuan untuk meneruskan dan menstabilkan
kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, melegalisir aktivitas kebudayaan,
pemberian makna hidup dan pemberian model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal
yang sulit dijelaskan dengan akal pikiran.
contoh
Mitos Cerita Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan)
Kanjeng Ratu Roro Kidul atau sering dikenal sebagai Nyi Roro Kidul merupakan dewi dari dongeng Jawa
terkenal sebagai Ratu Pantai Selatan, (Pelabuhan Ratu). Suatu ketika pada masa
Prabu Siliwangi memerintah di Kerajaan Pajajaran, ia memiliki seorang
permaisuri cantik dan sejumlah 7 selir. Suatu ketika sang permaisuri melahirkan
anak perempuan cantik pula, bahkan melebihi kecantikan ibundanya. Ia dinamai
Putri Lara Kadita yang berarti Putri Nan Cantik Jelita.
Kebaikan
hati dan kecantikan Putri Kadita menimbulkan rasa iri para selir yang takut
tersisih dari hadapan Prabu Siliwangi.Mereka bersekongkol menghancurkan
kehidupan Putri Lara Kadita dan ibunya. Keduanya diguna-guna hingga menderita
sakit kulit yang parah di sekujur tubuhnya. Di bawah pengaruh guna-guna para
selir, Prabu Siliwangi pun mengusir keduanya dari keraton karena dikhawatirkan
mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan.
Dalam
kondisi ini, Putri Lara Kadita dan ibunya pergi tanpa tujuan. Diceritakan, sang
permaisuri tewas dalam pengembaraan, sedangkan Putri Lara Kadita terus berjalan
menuju selatan sampai akhirnya tiba di sebuah bukit terjal di Pantai
Karanghawu. Karena amat kelelahan, Putri Lara Kadita istirahat kemudian
tertidur pulas. Dalam tidur ia bermimpi bertemu dengan “orang suci” yang
memberi nasihat agar sang putri menyucikan diri dengan terjun ke laut untuk
mendapatkan kesembuhan, mengembalikan kecantikannya, sekaligus memperoleh
kekuatan gaib untuk membalaspenderitaan yang dia alami.
Ketika
terbangun, tanpa ragu Putri Lara Kadita melompat dari tebing curam ke tengah
gulungan ombak, dan tenggelam ke dasar Laut Selatan. Mimpinya pun menjadi
kenyataan. Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga memperoleh kekuatan gaib
serta keabadian. Namun, sang putri harus tetap tinggal di Laut Selatan.Sejak
itu ia disebut sebagai Nyi Loro Kidul (yang artinya loro = derita, kidul =
selatan), atau sang Ratu Penguasa Laut Selatan.
Ø LEGENDA
Legenda
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yag empunya cerita sebagai suatu
yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, Legenda seringkali dipandang sebagai
sejarah kolektif (folkstory).
Walaupun
demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika
legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka
legenda harus bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.
Jan
Harold Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat kelompok, yaitu legenda
keagamaan (religious legends) legenda alam gaib (supernatural legends), legenda
perseorangan (personal legends), dan legenda setempat (local legends).
a.
Legenda Keagamaan
Legenda
keagamaan adalah legenda orang-orang yang dianggap suci atau saleh. Karya
semacam itu termasuk folklor karena versi asalnya masih tetap hidup di kalangan
masyarakat sebagai tradisi lisan. Di Jawa hagiografi menceritakan riwayat hidup
para wali penyebar Islam pada masa yang paling awal. Salah satu contohnya
adalah legenda Wali Sembilan (Wali Songo) mereka adalah Mau- lana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Selain
sembilan wali tersebut, di Jawa masih banyak wali-wali lain. Legenda tentang
mereka mudah dikenali sebab makam- makamnya diziarahi pada peringatan
kematiannya (haul) yang disebut keramat atau punden. Para juru kunci itu pada
umumnya, dapat menceritakan legenda orang sucinya. D.A. Rinkes dalam bukunya
berjudul De Heiligen van Java (Orang-orang Saleh dari Jawa) menyebutkan
beberapa wali lain di antaranya: Syeh Abdul Muhyi, Syeh Siti Jenar, Sunan
Geseng, Ki Pandan Arang, dan Pangeran Panggung, Syeck Abdul Qodir Jaelani, dan
lain- lain.
b.
Legenda Alam Gaib
Legenda
semacam ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan
pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan
kebenaran ”takhayul” atau kepercayaan rakyat. Contoh legenda ini yaitu
kepercayan terhadap adanya hantu, gendruwo, sundel bolong serta nyi blorong.
c.
Legenda Perseorangan
Legenda
perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap
benar-benar terjadi. Di Indonesia legenda semacam ini banyak sekali. Di Jawa
Timur yang paling terkenal prosa rakyat itu sudah diubah sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan rumus cerita tokoh-tokoh rakyat tradisional.
adalah
legenda tokoh Panji. Panji adalah seorang putra raja Kerajaan Kahuripan di Jawa
Timur yang senantiasa kehilangan istrinya. Akibatnya, banyak muncul cerita
Panji yang temanya selalu perihal istrinya yang menjelma menjadi wanita lain.
Cerita Panji yang semula merupakan kesusasteraan lisan (legenda), namun telah
banyak dicatat orang sehingga mempunyai beberapa versi dalam bentuk tulisan.
Beberapa cerita yang tergolong ke dalam cerita panji misalnya “Ande-Ande Lumut”
(dongeng Cinderella ala Jawa), Kethek Ogleng (seorang pangeran disihir menjadi
seekor kera), ”Cerita Sri Tanjung”, ”Jayaprana dan Layongsari”. Suatu jenis
legenda perseorangan mengenai perampok seperti
Robin
Hood, yang merampok penguasa korup atau orang kaya untuk didermakan kepada
rakyat miskin. Legenda semacam ini di Jakarta pada ”tempo doeloe” adalah kisah
petualangan ”Si Pitung”.
d.
Legenda Setempat
Legenda
setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan
bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu tempat, berbukit-bukit,
berjurang dan sebagainya. Legenda setempat yang berhubungan dengan nama suatu
tempat misalnya, legenda Kuningan. Kuningan adalah nama suatu kota kecil yang
terletak di lereng Gunung Ceremai, di sebelah selatan kota Cirebon, Jawa Barat.
Contoh lain mengenai legenda setempat yang berhubungan erat dengan nama tempat adalah
legenda “Anak-anak Dalem Solo yang Mengembara Mencari Sumber Bau Harum”.
Legenda ini berasal dari Trunyan, Bali. Legenda ini dapat dimasukkan ke dalam
golongan legenda setempat karena menceritakan asal mula nama beberapa desa di
sekitar Danau Batur, seperti Kedisan, Abang Dukuh, dan Trunyan. Selain itu
contoh-contoh lain legenda setempat ini misalnya ”Asal Mula Nama Banyuwangi”,
serta legenda ”Roro Jongrang”, ”Tangkuban Perahu”, ”Asal Mula nama Tengger dan
Terjadinya Gunung Batok” serta “asal mula nama kota Bogor”.
Ø CERITA
RAKYAT
Cerita
rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa
Indonesia. Pada umumnya,cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di
suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam
cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.
Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan
terutama yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang tidak
menyadari kalo negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita Rakyat
Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar
dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara turun – temurun. Namun sekarang
banyak cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat
indonesia bisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah.
Contoh
: – Lutung Kasarung
Pada
jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh
seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu
Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya
Purbasari.Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk
Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya
aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari
memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat
menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku
sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya.
Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan
adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir
itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari
menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir
adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang
Ratu !” ujar Purbararang.
Ø Persamaan mitos,legendadan cerita rakyat adalah
sama sama menceritakan tentang manusia ,dewa dewa,binatang,asal usul suatu
tempat.
Ø Perbedaan mitos,legendadan cerita rakyat adalah
kalau mitos hanya omongan belaka, tidak terbukti kebenarannya
. Kalao legenda itu cerita dari mulut ke mulut tapi
seirinng banyak yang tertarik dan ingin tahu makannya dibuat sebuah buktinnya
seperti contoh tangkuban perahu ada bukti perahunnya dan cerita ceritannya
dibatu. Kalau cerita rakyat itu cerita diwariskan dri mulut ke
mulut tapi ga ada buktinnya hampir sama dengan legenda tapi ini tidak ada
buktinnya.
2.
Mengamati
Hewan dan Tumbuhan Secara Ilmiah
METODE PENGAMATAN
*Lokasi Pengamatan
Pengamatan
dilakukan di pekarangan rumah, Cikarang
Utara,Bekasi.
Waktu
Pengamatan
Pengamatan
dilakukan pada hari sabtu,
15 Maret
2014
Luasan
areal yang diamati
Adapun
luas areal yang diamati yaitu 20 m
x 20 m.
*Hasil pengamatan
tumbuhan
Tanaman
|
Tinggi
|
Batang
|
Daun
|
Warna buah
|
Bentuk buah
|
Srikaya
|
3m
|
Keras
|
Kecil,tunggal
|
Hijau
|
Bulat
|
Sawo
|
2m
|
Keras
|
Tunggal, kecil
|
Coklat
|
Bulat
|
Jambu
|
2m
|
Keras
|
Tunggal, kecil
|
Hijau/merah
|
Bulat
|
Singkong/ubi
|
4m
|
Lemah
|
Lebar memanjang
|
Coklat
|
Bulat memanjang
|
abel hasil peng
a*Hasil pengamatan Hewanmatanhewan
dsekitar
Hewan
|
Warna
|
Tubuh
|
Kaki
|
Cicak
|
Coklat
|
Kecil
|
4
|
Kucing
|
Hitam, putih
|
Besar
|
4
|
Burung
|
Hitam,putih
|
Kecil
|
2
|
Capung
|
Merah
|
Kecil
|
6
|
Nyamuk
|
Hitam
|
Kecil
|
4
|
Dalam mengamatan yang saya lakukan,saya bias menggambarkan
semua pengamatan yang saya lakukan dengan cara penelitian ilmu secara ilmiah.
Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi
dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan
metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan
penelitian.
Penelitian ilmiah juga
menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian
ilmiah membuat ilmu berkembang,
karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali
mengalami retroduksi.
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat
berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut
dapat menjadi suatu teori ilmiah.
3.
Perbedaan Yang
Bersifat Ilmiah dan Non Ilmiah
Penelitian
dapat digolongkan dalam 2, sesuai dengan ukuran kwalitasnya yaitu penelitian
ilmiah dan penelitian tidak ilmiah atau yang dilakukan oleh orang awam.
Penelitian tidak ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data
yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat
dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian
tidak ilmiah adalah penelitian yang coraknya subyektif.
Sedangkan
penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk
mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai
prinsip-prinsipnya yang mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah
tersebut. Penelitian yang dilakukan, berpedoman pada berbagai informasi (yang
terwujud sebagai teori-teori) yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian
terdahulu, dan tujuannya adalah untuk menambah atau menyempurnakan teori yang
telah ada mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian.
Berbeda
dengan penelitian tidak ilmiah, penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan
pada metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi
terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode
pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu
sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode wawancara
dan pengamatan; eksperimen, generalisasi, dan verifikasi juga dilakukan dalam
kegiatan-kegiatan penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang ilmu-ilmu
sosial dan pengetahuan budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian tertentu
sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Metode
ilmiah berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud melalui apa
yang dialami oleh pancaindera, khususnya melalui pengamatan dan pendengaran.
Sehingga jika suatu pernyataan mengenai gejala-gejala itu harus diterima
sebagai kebenaran, maka gejala-gejala itu harus dapat di verifikasi secara
empirik. Jadi, setiap hukum atau rumus atau teori ilmiah haruslah dibuat
berdasarkan atas adanya bukti-bukti empirik.
4.
Langkah-Langkah Metode
Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan
secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan
dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode
ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan masalah.
2.
Merumuskan hipotesis.
3.
Mengumpulkan data.
4.
Menguji hipotesis.
5.
Merumuskan kesimpulan.
Ø Merumuskan Masalah
Berpikir
ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan
penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut,
kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana
mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila
masalahnya sendiri belum dirumuskan?
Ø Merumuskan Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian
berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir
ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat
memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali
pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat
penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan
peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
Ø Mengumpulkan Data
Pengumpulan
data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
Ø Menguji Hipotesis
Sudah
disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu
permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan
sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji
hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Ø Merumuskan Kesimpulan
Langkah
paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan
kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah
diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat
deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis
data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap
cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan
temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.