Contoh Kasus :
Seorang karyawan PT sebut saja R (21tahun),yang baru
saja bekerja 2 bulan, R bekerja di salah satu perusahaan bekerja bagian
menginput data di perusahaan Bekasi.di tempat kerjanya R bekerja sesuai dengan
peraturan yang telah ditentukan,akan tetapi ketika R melakukan kesalahan
pertama dalam melakukan pekerjaan, atasan marah kepada R, awalnya R menerima
atasannya marah,karena R menyadari proses kesalahan awal dari pembelajaran yang
ia kerjakan. Dengan berjalannya waktu sudah bekerja sampai 6 bulan R akhirnya
resign, R memutuskan untuk resign karena R Sudah tidak kuat dan merasa tidak dihargai
apa yang ia lakukan dalam bekerja dan atasannya yang sering memarahinya dari
masalah terkecil yang di besar-besarkan dan marah-marah tidak jelas. R
menganggap bahwa atasan model begini berpotensi besar bikin R tertekan batin.
Atasan galak ditambah pula dengan sikapnya yang kurang menghargai pendapat
bawahan dan menganggap bawahan selalu jadi pihak yang salah dalam setiap
situasi.
Analisi kasus :
·
R seorang karyawan berusia 21 tahun.
·
R bekerja disalah satu PT di bekasi
·
R bekerja di bagian menginput data
·
R resign dari pekerjaan karena mempunyai
atasan yang otoriter dan tidak menghargai.
Bentuk intervensi :
Perlu diketahui, atasan marah besar tentu ada
sebabnya. Mari introspeksi diri dulu. Dari kejadian pertama kita dimarahi,
tentunya kita bisa menebak seperti apa karakter atasan kita tersebut. Hasil
kerja seperti apa yang ia sukai dan yang tidak ia sukai. Bila sudah tau,
berusahalah memberikan hasil kerja terbaik yang bisa anda lakukan. Lihat juga sisi
positifnya, bos model seperti ini akan
membuat kita tetap rendah hati dan menyadari bahwa kita masih harus banyak
belajar untuk mencapai kesempurnaan. Nah, kalo sudah berusaha sebaik mungkin,
dan atasan masih suka marah-marah tidak jelas, sangatlah wajar bila pada
akhirnya kamu mengambil keputusan untuk resign, karena meski bawahan kamu juga
manusia yang tidak bisa diperlakukan seenaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar