Senin, 09 Januari 2017

Sistem Informasi Psikologi "ANALISIS JURNAL TEST KEPRIBADIAN BERBASIS WEB"

Sistem Informasi Psikologi

ANALISIS JURNAL
Aplikasi Tes Kepribadian
Untuk Penempatan  Karyawan Menggunakan
Metode MBTI (Mayers Briggs TypeIndicator) berbasis Web

Di Susun Oleh :
 Nama               : Picka Aprilianti Agus(16513855)
                Septiana wati ((18513388)
                                                                             4PA11 

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK 2017

Paper Sistem Informasi Psikologi

Judul  jurnal             : Aplikasi Tes Kepribadian Untuk Penempatan  Karyawan Menggunakan Metode MBTI (Mayers Briggs TypeIndicator) berbasis Web Studi kasus : PT. Winata Putra Mandiri.
  Penulis                            : Fiftin Noviyanto, Mely Amaliyah.
 Tahun/Vol/No                 : 2012-10-1.

Analisis Paper
Rangkuman
Penggunaan system informasi pada penempatan tes karyawan sangat membantu dalam segi waktu, tenaga dan begitu praktis dalam mendapatkan hasil yang mampu disimpan tanpa harus kehilangan dokumen. Namun harus dikaji kembali untuk pengenalan penggunaan aplikasi tersebut dan karena system teknologi jadi keakuratan dalam tes tersebut masih dipertanyakan, karena terdapat banyak aplikasi tes MBTI yang saat ini dapat diakses secara Gratis/ Free.

a.      Kelebihan
1.      Memudahkan waktu tempuh serta dapat mengintegrasikan hasil tes dari kantor pusat dan kantor cabang.
2.      Mempersingkat waktu pemorosesan.
3.      Hasil data dapat disimpan berupa softcopy,karena perusahaan yang bergerak dibidang kontruksi bangunan dan dilakukan secara priodik maka hasil softcopy lebih memudahkan disbanding hardcopy.
4.      Tes dilakukan lebih praktis didukung oleh teknologi internet.

b.      Kekurangan
1.      Harus mengajari para pegawai yang belum pernah menggunakan teknologi seperti computer dan internet.
2.      Sewaktu-waktu jaringan internet bisa saja bermasalah dan bisa saja terjadi error pada system.

c.       Identifikasi Masalah
Bagi suatu perusahaan penempatan karyawan pada posisi yang tepat merupakan suatu hal utama karena erat hubungannya dengan kinerja karyawan dalam memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan. Permasalahan yang dihadapi saat penempatan karyawan adalah lamanya waktu seleksi dengan menggunakan tes psikologi. Dalam menggunakan tes paling tidak mempertimbangkan 3 hal yaitu kemampuan umum, kepribadian dan pola kerja. Penilaian yang dilakukan dan menuliskan laporan secara manual yaitu dengan memeriksa lembar jawaban pesertu tes satu per satu akan sangat memakan waktu. Peruhaan akan membuat cara test dengan menggunakan sistem dalam melaksanakan prosuder tes, yaitu Aplikasi Tes Kepribadian Untuk Penempatan  Karyawan Menggunakan Metode MBTI (Mayers Briggs TypeIndicator) berbasis Web.
Menurut Gomes, penempatan karyawan merupakan sarah satu fungsi terpenting dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, tepat tidaknya seseorang ditempatkan pada suatu posisi tertentu tergantung pada posisi penempatan ini (Gomes. E. Faustino, 2000). Penempatan karyawan yang tepat sesuai dengan harapan, bakat dan Kepribadian karyawan, akan mampu meningkatkan motivasi, produktifitas dan kepuasan kerja.

d.      Analisis Masalah
Dalam penyeleksian kerja biasanya permasalahan yang dihadapi terjadi saat penempatan karyawan, yaitu lamanya waktu seleksi dengan menggunakan tes psikologi. Dalam menggunakan tes paling tidak mempertimbangkan 3 hal yaitu kemampuan umum, kepribadian dan pola kerja. Biasanya ada beberapa alat tes yang digunakan berupa tes IST (Intelegence Standart Test) mengukur kemampuan umum, tes MBTI(Myers Briggs Type Indicator) untuk mengukur tes kepribadian dan tes kraepelin untuk mengukur pola kerja seseorang. Tes menggunakan IST memerlukan waktu normal 60 menit sedangkan MBTI 20 menit dan kraepelin 12,5 menit. Jumlah waktu yang dibutuhkan dari tes yang dilakukan adalah 92,5 menit, jika ditambah waktu untuk istirahat dan proses pembagian alat tes dibutuhkan waktu sekitar 2 jam hanya untuk pengerjaannya saja selain itu psikolog harus membagi shift untuk pengerjaannya. Hal tersebut ternyata memang mempersuli serta menyita waktu psikolog yang selain hal tersebut psikolog juga harus melakukan interpretasi.
Dalam menggunakan sistem metode tes MBTI berbasis web, tes yang dilakukan secara terintegrasi lewat media internet adalah tes kepribadian karena tes kepribadian akan dilakukan oleh setiap karyawan dengan porsi yang sama, sedangkan tes pengetahuan dilakukan berdasarkan bidang ilmu penunjang dari karyawan tersebut. Dengan tes kepribadian dilakukan pada sistem yang sama maka akan mempersingkat waktu dalam pemrosesan hasil tes karena proses perhitungan dilakukan oleh sistem. Penentuan jalannya sistem dan hasil yang diperoleh sistem tetap yang menentukan adalah seorang psikolog. Selain dapat mempersingkat waktu pemrosesan, karena tes kepribadian yang dilakukan semua karyawan sama hal tersebut juga dapat mempermudah dan mempersingkat waktu  psikolog dalam melakukan pengetesan. Penggunakan sistem yang dapat melakukan, memproses dan mencetak hasil tes kepribadian dengan cepat dan akurat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan sebelumnya dan sesuai dengan kaidah psikologi.


e.       Analisis Kebutuhan Data Fungsional dan Data Non Fungsional
Pada kasus ini perusahaan membutuhkan alat tes yang fleksibel dan efisien dalam melakukan tes masuk didunia kerja. Untuk mengatasi hal itu akhirnya perusahaan menggunakan tes MBTI.
·         Data Fungsional
Didapatkan data penggunaan waktu pada alat tes manual yang digunakan pada setiap perusahaan dalam pengrekrutan kariawan sebagai berikut. Tes menggunakan IST memerlukan waktu normal 60 menit sedangkan MBTI 20 menit dan kraepelin 12,5 menit. Jumlah waktu yang dibutuhkan dari tes yang dilakukan adalah 92,5 menit, jika ditambah waktu untuk istirahat dan proses pembagian alat tes dibutuhkan waktu sekitar 2 jam hanya untuk pengerjaannya saja selain itu psikolog harus membagi shift untuk pengerjaannya.
·         Data Non Fungsional
Data yang didapatkan ialah seperti data secara umum mengenai karyawan tsb. Namun pada kali ini penggunaan MBTI dipertanyakan validitasnya dan rekiabilitasnya, karena sudah banyaknya versi yang bermunculan dengan design yang berbeda serta mudah diakses oleh setiap orang yang menggunakan internet sehingga untuk MBTI dirasa masih harus dipertanyakan lagi dalam penggunaanya atau dapat ditunjang menggunakan alat tes lain.
f.       Struktur Navigasi
Pada sistem ini MBTI dapat didampingi oleh tes EPPS yang memiliki tingkat skoring yang cukup mudah dengan sistem computer dengan
Skoring tes EPPS secara manual adalah sebagai berikut :

A. Buatlah garis lurus dengan warna merah dari nomor-nomor :

  • No. 1 sampai dengan no. 25, melalui 7, 13, 19.
  • No. 101 sampai dengan no. 125, melalui 107, 113, 119.
  • No. 210 sampai denmgan no. 225, melalui 207, 213, 219.

Nomor-nomor yang terkena garis merah, tidak diperhitungkan dalam menjumlah untuk mendapat skor kepribadian.

B. Buatlah pula garis lurus dengan warna biru dari nomor-nomor :
·         No 26
·         No. 51 sampai dengan no. 75 melalui 57, 63, 69.
·         No. 151 sampai dengan no. 175 melalui 157, 163, 169
·         Dihitung jumlah huruf A yang dilingkari pada baris pertama dan seterusnya dari kiri-ke kanan. Jumlah yang diperoleh tersebut ditulis dibawah kolom r.
·         Dihitung jumlah huruf B yang dilingkari pada kolom pertama dan seterusnya dari atas ke bawah. Jumlah yang diperoleh tersebut dituliskan dibawah kolom c.
·         Setelah dihitung semuanya, akan diperoleh jumlah skor pada kolom r dan kolom c yang berdampingan dijumlahkan dan hasilnya dituliskan pada kolom s.
·         Angka tertinggi pada kolom s adalah 28, dan jumlah ini adalah skor keseluruhan dari personality variable. Untuk mengetahui apakah jumlah itu benar, dapat dilihat dari jumlah keseluruhan kolom s yang harus dicapai tepat 210. Kalau ternyata jumlahnya lebih atau kurang, maka hal ini mungkin ada kesalahan menghitung skor A atau skor B. Oleh karena itu, penghitungan harus diulangi kembali hingga jumlahnya menjadi 210.
·         Untuk melihat konsistensi (con) jawaban subyek, bandingkan jawaban-jawaban yang dilingkari pada nomor-nomor:

-       1 vs 151,                26 vs 101,                   51 vs 201
-       7 vs 157,                32 vs 107,                   57 vs 207
-       13 vs 163,              38 vs 113,                    63 vs 213
-       19 vs 169,              44 vs 119,                   69 vs 219
-       25 vs 175,              50 vs 125,                   75 vs 225

Nomor-nomor tersebut dilalui oleh garis-garis lurus yang berwarna merah atau berwarna biru. Bila ada kesalahan antara kedua jawaban (berbeda). Berilah tanda pada kotak yang tersedia dibagian paling bawah dari kertas jawaban. Seluruh tanda dijumlahkan dan hasilnya dituliskan pada tempat “con”.
·         Jumlah tertinggi adalah 15, sedangkan konsistensi dibawah 9 adalah meragukan dan tidak perlu di interpretasi.
·         Untuk menentukan percentile dari raw score sesuai tabel percentile yang telah disusun sebelumnya (norma standar). Dan raw score yang tertera dituliskan dibawah kolom ss, profil variabel yang tergambarkan adalah kesimpulan tentang diri subjek, terutama kecenderungan-kecenderungan yang dimilikinya itu diatas mean (+) dan berada dibawah mean (-). Bila berada diantara atau tepat pada mean, kecenderungan-kecenderungan tersebut menunjukan hal yang wajar.

g.      Interface
Pada skoring ini dapat dikembangkan menjadi sebuah palikasi dengan sistem penskoringan seperti diatas jadi subjek nantinya hanya tinggal menjawab dengan memilih satu obtion  dari 2 obtion yang disediakan hanya untuk mempermudah dan membantu sistem kerja MBTI yang saat ini dipertanyakan validitas dan reliabilitasnya.
  

Daftar Pustaka



Blogpsikologi.blogspot.co.id/2015/10/skoring-interpretasi-dan.html. 

ANALISIS TES IQ MANUAL DAN TES IQ BERBASIS KOMPUTER

Sistem Informasi Psikologi 
ANALISIS TES IQ MANUAL DAN TES IQ BERBASIS KOMPUTER

Nama               : Picka Aprilianti Agus
Npm                : 16513855
Kelas               : 4PA11

1.      TEST IQ
Intelegent quotient  ialah angka yang mana menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang yang dibandingkan dengan sesamanya dalam satu populasi. Definisi asli dari IQ adalah mengukur kecerdasan dari anak-anak.
IQ adalah sebuah rasio dari umur secara mental dibagi umur secara fisik dan dikalikan dengan angka 100. Umur secara mental dihitung berdasarkan dasar dari rata-rata hasil di dalam sebuah tes yang dibagi dalam setiap kategori umur. Setiap manusia mempunyai kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Masing masing potensi ini dapat digali dan diubah menjadi kreativitas dengan cara banyak berlatih, memperluas wawasan dengan banyak membaca dan mengembangkan sikap positif, sikap sukses maju dan berhasil. Saat ini, untuk mengetahui peluang sukses seseorang dikenal sebagai alat ukur.
Alat ukur tersebut diantaranya adalah dengan Test Intelegensi (IQ). Telah lama diikuti oleh pakar psikologi bahwa intelektual merupakan salah satu modal besar untuk meraih kesuksesan, tetapi disamping memiliki intelektual yang tinggi dibutuhkan pula kecerdasan untuk mengelola emosi yang tinggi pula, sebab jika IQ tinggi diharapkan mampu menguasai keadaan dan merebut setiap peluang yang ada, karena sumber daya manusia dituntut mempunyai keahlian dan ketrampilan dalam suatu bidang pekerjaan, salah satunya ditentukan oleh bakat mengelola intelegensi.

 2. ANALISIS TEST IQ MANUAL DAN TES IQ BERBASIS KOMPUTER
Seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi pada era sekarang ini tentunya sangat berpengaruh pada perkembangan bidang ilmu lainnya khususnya bidang psikologi. Manusia yang hidup di muka bumi pun juga mulai semakin bergantung pada teknologi, namun memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hal tersebut sangat membantu kita dalam mengerjakan segala sesuatu.
Pelaksanaan tes Intelektual IQ secara manual mempunyai kelemahan yaitu dalam hal biaya dan waktu. Peserta yang ingin melakukan tes terkadang bingung harus melakukan tes dimana karena tes IQ tidak selalu diadakan oleh suatu badan pelaksaanaan tes. Apabila seseorang ingin mengikuti tes perorangan atau individual dengan datang ke biro-biro pelatihan tes IQ dan membutuhkan biaya yang mahal.   
   Kendala yang lain terletak pada masalah waktu, seseorang yang telah mengikuti tes Intelektual IQ terkadang ingin melihat hasilnya dengan cepat, namun pemeriksaan hasil tes secara manual ini membutuhkan waktu yang lama dan peserta tes kadang-kadang harus menunggu beberapa hari atau pun minggu untuk mengetahui hasil tesnya.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang cepat untuk menangani persoalan tentang seseorang yang ingin mengetahui kecerdasannya perlu disediakan atau dibangun suatu jaringan komputer atau internet, serta dibangun suatu aplikasi web yang bisa melayani tes kecerdasan secara online. Karena dalam masa sekarang tuntutan kecepatan dan jarak untuk pelayanan informasi kepada masyarakat atau seseorang sangatlah diperlukan, itu administrasi, skoring pada tes IQ berbasis komputer terbilang sangat cepat dan praktis. Dengan adanya suatu sistem jaringan atau internet dan suatu aplikasi berbasis komputer web pada tes kecerdasan, akan dapat membantu mempermudah dalam memberikan pelayanan kepada seseorang yang ingin mengetahui tingkat kecerdasanya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa test IQ berbasis komputer memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan test IQ manual.


Kamis, 16 Juni 2016

Psikoterapi Pendeketan Humanistik

Kasus Psikoterapi dengan Penyelesaian Pendeketan Humanistik
NAMA  : Picka Aprilianti Agus
KELAS : 3PA11
NPM     : 16513855


1.Konsep Dasar Teori Humanistik
Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dalam artikel pendidikan.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembanglebih baik dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

2.   Konsep Dasar Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow
     Pada awal karirnya, Maslow melakukan observasi terhadap monyet.Ia melakukan pengamatan intensif terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya, jika Anda lapar dan haus, maka Anda akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga. Anda dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu, tetapi tanpa air Anda hanya dapat hidup selama beberapa hari saja, karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada kebutuhan akan makan. Tetapi, jika Anda sangat haus, tapi kemudian tersedak dan Anda tidak dapat bernapas, maka kebutuhan untuk bernapas lebih penting dibandingkan dengan kebutuhan akan air untuk minum.
Berdasarkan pengalaman tersebut Maslow membuat ide mengenai hierarki kebutuhan yang sangat terkenal. Menurutnya, terdapat lima lapisan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, mineral, dan vitamin, termasuk juga kebutuhan untuk menjaga keseimbangan pH ( menjadi terlalu asam atau basa akan dapat membunuh ) dan temperature ( 98,6 atau dekat dengan itu ) selain itu, terdapat juga kebutuhan untuk aktif, istirahat, tidur, untuk mengeluarkan limbah ( CO2, keringat, urin, dan kotoran ), kebutuhan untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhan untuk berhubungan seks. Maslow percaya dengan penelitian yang menyatakan bahwa kebutuhan ini sebenrnya bersifat individual. Misalnya, kekurangan vitamin C akan menyebabkan kelaparan yang sangat sfesifik terhadap vitamin C, seperti jus jeruk.
b.Keselamatan dan Kebutuhan Keamanan
Ketika sebagian besar kebutuhan  fiiologis sudah dipenuhi, maka lapisan kedua akan datang. Anda akan menjadi makin tertarik untuk menjadi keadaan aman, stabil, serta terlindungi. Anda mungkin perlu untuk mengembangkan struktur, ketertiban, dan keteraturan.Kebutuhan sekarang bukan lagi lapar dan haus tetapi kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari ketakutan dan kecemasan.Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan tersebut di manifestasikan dalam bentuk keinginan untuk memiliki sebuah rumah di lingkungan aman, keamanan di lingkungan kerja, rencana pensiun, asuransi, dan sebaginya.


c.   Kebutuhan Memiliki Cinta
Ketika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan sebagian besar sudah terpenuhi, maka lapisan ketiga kebutuhan mulaai muncul.Anda mulai merasa perlu memiliki teman, kekasih, anak-anak, hubungan kasih sayang secara mendalam dan ikatan social.Anda mulai merasa rentan terhadap kesepian dan kegelisahan social. Dalam kehiduan sehari-hari, kita menunjukan kebutuhan ini dalam bentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari sebuah komunitas, bagian dari keluarga besar, daan anggota suatu klub, termasuk juga bagian dari apa yang kita cari dalam sebuah karir.
d.  Kebutuhan Penghargaan
Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedikit harga diri.Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang “ tinggi” adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, seperti keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Kebutuhan penghargaan diri dikategorikan tinggi karena bentuknya tidak seperti rasa hormat dari orang lain. Misalnya, apabila menyangkut harga diri, maka akan sulit untuk merasa kalah ( perasaan lebih rendah ). Versi negatif kebutuhan ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas ( inferiority complexs ).
e. Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dan agak sedikit berbeda adalah aktualisasi diri.Maslow menggunakan berbagai istilah untuk menyebutkan tingkatan ini.Maslow menyebutnya pertumbuhan motivasi (berbeda dengan definisi motivasi), karena kebutuhan aktualisasi diri adalah B-needs (B-being), berbeda dengan D-needs.Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.
D. Hakekat Pandangan Tentang Manusia
Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri.Manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak, memiliki kesadaran untuk memilih serta memiliki harapan.Meskipun memiliki kemampuan jahat dan merusak, tetapi bukan merupakan esensi dasar dari manusia.Sifat-sifat jahat muncul dari rasa frustasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya, ketika kebutuhan akan makanan tidak terpenuhi, maka ia akan mencuri supaya dapat makan.

3. Teknik-teknik Terapi Humanistik

1 Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
Psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam proses terapi, tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Dengan meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapis lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan. Pendekatan terapi person centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.


2.  Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Terapi Gestalt dikembangkan oleh F. Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu –individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa “ dan “ bagaimana”-nya tingkahlaku dan pengalaman di sini dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. 

  3.Transactional Analysis (Eric Berne)
Kata transaction dimaksudkan untuk menggambarkan bila seseorang mengadakan hubungan, dapat berupa percakapan atau perbuatan. Pada dasarnya transaksi berupa pertukaran dua hal. Pertukaran dapat berupa kata-kata, hadiah, atau pikiran yang disembunyikan bila dua orang sedang berdialog. Bila seseorang menegur orang lain dengan ucapan “Selamat siang”, kemudian dijawab dengan hal yang sama pula, maka terjadilah transaksi. Suatu percakapan adalah serangkaian dari transaksi-transaksi.

4.   Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
Terapi Emotif Rasional adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.

5. Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
·         Logotherapy (Viktor Frankl)
Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).



·         Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya, rasa bersalah , putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.

4. Tujuan Pendekatan Humanistik
1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.
2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.
4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.

Kasus Humanistik 
Kasus:
Kasus yang akan saya tulis mengenai seorang mahasiswi bernama elsa yang baru lulus sarjana, setelah lulus sarjana iya ingin melanjutkan kuliah s2 karena ingin menjadi dosen dan mendapatkan perkerjaan yang lebih baik lagi, tetapi orang tua elsa ingin putrinya menikah terlebih dahulu dan setelah itu baru melanjutkan kuliah, yaitu menikah sambil kuliah tetapi elsa berfikir itu akan membebani ia setelah menikah karena peran ia sebagai istri dan ibu nantinya. Elsa sangat bingung untuk memutuskan lanjut kuliah s2 atau menuruti kemauan kedua orang tuannya yaitu menikah terlebih dahulu, akhinya elsa datang ke konselor untuk menceritakan masalahnya.
Untuk kasus ini konselor memakai teknik CCT, dimana klien sebenernya tahu apa yang terbaik untuk dirinya dan sanggup menentukan tujuan untuk dirinya. peran konselor berpusat pada klien, hanya mendengarkan klien secara aktif, merefleksikan perasaan klien  dan mendukung pilihan si klien

Senin, 28 Maret 2016

Rancangan psikologi penelitian ekperimen "suhu tinggi dapat menyebabkan perilaku agresif"

TUGAS RANCANGAN  PSIKOLOGI PENELITIAN EKPERIMEN
Picka Aprilianti Agus
3pa11
16513855

Topik     : Suhu Tinggi
Masalah : Apakah suhu tinggi dapat menyebabkan perilaku agresif?

Hipotesis
ü  Hipotesis Ilmiah
Hipotesis Umum               : Suhu tinggi menyebabkan terjadinya  perilaku agresif
Hipotesis Eksplisit            : Subjek yang diberikan suhu ruangan yang tinggi akan memiliki  perilaku level  agresif yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak diberikan suhu ruangan yang tinggi.
ü  Hipotesis Statistik
Ha             : Subjek yang diberikan suhu ruangan yang lebih tinggi akan memiliki perilaku agresif lebih tinggi secara signifikan  dari pada subjek yang tidak diberikan suhu ruangan yang tinggi.
H0             : Subjek yang diberikan suhu ruangan yang lebih tinggi akan memiliki perilaku agresif yang tidak berbeda  secara signifikan dengan subjek yang tidak diberikan suhu ruangan yang tinggi.
Variabel
ü    Variabel Bebas    : Suhu tinggi
Variasi                 : Ada - Tidak adanya, yaitu subjek diminta untuk memasuki  ruangan dengan  bersuhu tinggi  (tidak  ber-ac dan ruangan tertutup) dan  memasuki ruangan yang tidak bersuhu tinggi (ber-ac).
Manipulasi           : Manipulasi kejadian, dengan cara memasuki ruangan yang tertutup dan   tidak ber-ac pada pukul 13:00 s/d 15.00 WIB pada suatu kelompok subjek, dan memasuki ruangan yang ber-ac pada kelompok lain.
 Variabel Terikat  : Perilaku agresif
ü  Jenis Pengukuran :  Perilaku yang tampak.
ü  Cara pengukuran   : melakukan obseravasi dengan membuat kuesinor dari variable agresif yang diambil dari faktor-faktor agresif untuk mengetahui tingkat agresif pada subjek yang diberikan suhu tinggi dan tidak diberikan suhu tinggi pada rentang waktu 2  jam.
 Variabel Sekunder :
o   Jenis kelamin (dikontrol dengan teknik blocking, yaitu jumlah laki-laki dan perempuan sama pada setiap kelompok).
o   Tingkat pendidikan (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan tingkat pendidikan yang sama).
o   Usia subjek (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan kisaran usia yang sama).
o   Pakaian (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu subjek harus memakai pakaian berlengan panjang sebelum memasuki ruangan).
o   Konsumsi (dikontrol dengan teknik konstansi,yaitu subjek diberikan makanan dan minuman yang sama).
o   Waktu untuk memasuki ruangan (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu lamanya waktu memasuki ruangan bersuhu tinggi dan tidak bersuhu tinggi yaitu 2 jam).
o   Kegiatan dalam ruangan (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu menggunakan laptop, infocus, speaker, dengan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS di dalam ruangan selama 2 jam).
o    Judul tema sosialisasi (dikontrol dengan teknik konstansi,yaitu dimana seluruh subjkek mendengarkan dan mencatat apa itu HIV/AIDS)
o    Kegiatan relaksasi lain (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu semua subjek tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan relaksasi lain selama pelatihan).
Tipe dan Desain Penelitian
ü  Tipe Penelitian      : Controlled Laboatory Experiment.
ü    Desain Penelitian  : Desain 2 kelompok (desain antar kelompok)->  randomnized blocked two-group design.
Perencanaan Penelitian
ü  Subjek       : Siswa SMA yang duduk di kelas X yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jumlah subjek yang dibutuhkan adalah 60 orang dengan jumlah laki-laki dan perempuan masing-masing 30 orang.
ü  Peralatan   : Lembar rancangan observasi, laptop, infocus, speaker, power point yang berisi tentang HIV/AIDS.
ü  Prosedur    :
o   60 eksperimenter yang akan dibagi menjadi dua kelompok untuk mengamati dari luar ruangan KE dan KK serta mengamati selama observasi berlangsung. Para observer akan mengamati dua subjek sekaligus.
o   60 siswa subjek diperoleh dari hasil mendatangi seluruh kelas X, dan mendata keikut sertaan atau suka rela pada subjek ,  dari seulruh siswa kelas X SMA dengan jumlah terbatas masing-masing subjek laki-laki dan perempuan berjumlah genap.
o   Subjek pada kelompok KE dan KK memakai baju  berlengan panjang dengan bahan kaos.
o   Subjek KE dan KK diberikan makanan dan minuman  sebelum memasuki ruangan.
o   Subjek kelompok KE diminta untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tentang HIV/AIDS diruangan yang tertutup bersuhu tinggi tidak ber-ac selama dua jam dari jam 13:00 sampai 15:00 WIB.
o    Subjek KK diminta untuk mengikuti sosialisasi yang sama selama dua jam diruangan ber- ac selama dua jam dari pukul 13:00 sampai 15:00 WIB.
o   Pada tahap terakhir sebelum subjek selesai meninggalkan ruangan subjek pada dua kelompok diminta untuk mengisi kuesioner skala tingkat agresif  Driscoll.
o   Dan tugas Para eksperimenter membawa lembar observasi dan pulpen untuk memberi tanda serta menulis catatan mengenai perilaku agresif yang tampak.

o   Hasil akhir yang didapat  dicatat di dalam tabel observasi yang berisi dari factor-factor agresi dan diakhir pengamatan dibuat kesimpulan selama observasi berlangsung.